Senin, 14 April 2008

Awal Karierku di Dunia Pendidikan

Sebenarnya, sewaktu kecil aku termasuk anak yang lemot..

Malas, kata guruku..

Nilaiku di rapor tidak lebih dari 6,5, bahkan biasanya kurang dari itu..

Namun aku tak peduli..

Aku tak peduli apa kata rapor atau orang, yang penting aku bisa bebas bermain seperti anak sebayaku..

Sampai suatu peristiwa mengubah hidupku..

Saat itu aku bersekolah di SRIT ( Sekolah Republik Indonesia Tokyo ) sekolah milik Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo..
Maklum ayahku sedang training di Jepang..
Teman-temanku pada umumnya anak Diplomat, sehingga aku merasa agak minder dengan mereka karena aku hanyalah seorang anak karyawan biasa..

Suatu hari, aku disuruh mengerjakan soal Matematika di papan tulis..
Seperti biasa aku tak bisa..
Berbeda dari biasanya, kali itu guruku ( aku ingat beliau orang Aceh ) menghinaku dengan agak sadis; " Masak begitu saja kamu nggak bisa "
Spontan seluruh isi kelas tertawa riuh..
Aku malu sekali ketika itu..

Sejak itu, aku bertekad aku tidak mau lagi dipermalukan seperti itu..
Aku harus jadi orang pintar..

Pada pergantian Semester, aku pindah sekolah..
Aku ( tanpa sadar ) mulai mengambil duduk di bangku paling depan agar bisa mendengar keterangan guru dengan lebih jelas..
Akupun mengurangi bercandaku dengan teman-teman..

Hasilnya belum langsung kelihatan..
Saat kelas V SD, aku hanya mampu meraih juara III..
Aku merasa sangat tidak puas, apalagi pacarku (kala itu) turut mencemoohku..
Akupun terpacu untuk belajar lebih giat..

Kelas VI SD, dengan susah payah aku berhasil meraih Juara I mengalahkan Rival Utamaku..
Aku merasa puas ketika itu..
Jerih payahku tidak sia-sia..

Masuk SMP, aku berhasil mempertahankan gelarku..
Bahkan tingkat Kecamatan nilaiku paling tinggi..
Selama tiga tahun berturut-turut aku berhasil meraih predikat Juara Umum di Sekolahku..
Bahkan aku dipercayakan menjadi Ketua OSIS ( Organisasi Siswa Intra Sekolah )..

Masuk SMU ( kala itu SMA ) aku tetap bisa mempertahankan predikat Juara Umum Sekolah tiga tahun berturut-turut..
Hanya sekali aku kecolongan di Semester V (prestasiku melorot jadi juara IV ) akibat aku keranjingan bermain Musik ( Gitar Pop )..

Di tingkat Propinsi, aku berhasil meraih predikat Murid Teladan Tingkat Propinsi ( Sumatra Utara ) Juara II..
Aku hanya dikalahkan oleh murid dari SMA I Medan..
Namun aku berhasil membawa nama harum bagi sekolahku ( SMA I Tebing Tinggi ) menjadi terbaik kedua se-Sumatra Utara..

Tekadku sudah bulat, aku harus masuk Fakultas Psikologi UI..
Fakultas Psikologi adalah Fakultas yang Mempelajari Bagaimana Cara Belajar..
Dengan kata lain, Psikologi adalah fakultas yang mempelajari Seluk Beluk Pendidikan..
Aku ingat betul, Menteri Pendidikan kala itu adalah salah satu sesepuh dari Fakultas Psikologi UI..
Aku harus jadi Menteri Pendidikan, demikian aku membatin..

Namun diluar dugaan, ayahku menentang keras rencanaku itu..
Ayahku adalah seorang Insinyur, dan aku harus menjadi seorang Insinyur..
Ayahku hanya memberiku dua opsi, masuk Fakultas IPA atau tidak dibiayai samasekali..
Kala itu bidang IPA memang menjadi Primadona, & bidang IPS cenderung termarginalkan..
Yang bersekolah di bidang IPS hanyalah anak-anak buangan yang tidak diterima di kelas IPA, demikian anggapan umum ketika itu..
Sebuah anggapan yang belakangan hari terbukti tidak benar..

Namun tekadku sudah bulat..
Aku tetap memilih Psikologi UI sebagai Pilihan Pertama, & Informatika ITB sebagai Pilihan Kedua walau dengan resiko tidak mendapat dukungan dana..

Alhamdulillah, aku keterima di Psikologi UI..
Namun saat itu aku syok berat, karena ayah hanya bersedia membiayaiku satu semester saja..
Aku menjadi tidak sangat tidak konsentrasi belajar, sehingga saat akhir semester aku hanya mendapat IPK nyaris dropout; 2,0
Dosenku menegurku dengan keras..

Aku dihadapkan pada dua pilihan; meneruskan kuliahku dengan mencari biaya sendiri atau mengalah mengikuti saran ayahku masuk Fakultas Teknik..

Sebenarnya sudah ada Sponsor yang bersedia membiayai kuliahku..
Namun aku berpikir, keluargaku akan cerai berai kalau aku memutuskan hengkang dari keluarga..
Apalagi aku Anak Tertua..
Aku masih punya 2 orang adik yang butuh Bimbinganku..

Akhirnya, demi keutuhan keluarga aku memutuskan untuk mengalah..
Aku dropout dari UI dan mengikuti tes seleksi beasiswa Teknik ke Jepang yang diselenggarakan oleh Habibie ( Menristek kala itu ) & Mombusho (Mendikbud-nya Jepang)
Namun aku tak konsentrasi & setengah hati kala mengikuti ujian..
Wajar aku tak lulus di program Habibie..
Aku lulus ujian tulis Monbusho, namun saat Wawancara mereka bertanya mengapa bidang yang kupilih (Teknik) tidak sinkron dengan Fakultasku di UI (Psikologi)..
Aku menjawab (sesuai instruksi ayahku) " bidang Teknik lebih menjanjikan ketimbang menjadi seorang Psikolog.."
" Lha.. saya seorang Psikolog.. " cecar Penguji..
Wajar aku tak diluluskan..

Namun ayahku tak patah arang..
Beliau memutuskan untuk membiayai sendiri kuliahku..
Akupun mengadakan persiapan seperlunya untuk keberangkatanku ke Jepang..

Sampai sekarang, aku tak pernah menjadi seorang Insinyur..
Sudah bermacam Fakultas aku tekuni, namun itu tak bisa melupakan kenanganku akan saat-saat indah di Fakultas Psikologi UI..